GpGiGpY5GUClBSW9BUd8TUW9BY==
Breaking
NEWS REPORT

Presiden Prabowo Deklarasikan Perang Terhadap "Serakahnomics", Dunia Menanti Definisinya

Ukuran huruf
Print 0


Presiden RI Ciptakan Istilah Ekonomi Baru yang Bikin Ekonom Garuk-Garuk Kepala

WEKACE, GYEONGJU, Korea Selatan – Dalam momen yang akan dikenang sebagai kelahiran teori ekonomi paling revolusioner abad ini—atau setidaknya istilah paling kreatif tahun 2025—Presiden Prabowo Subianto memperkenalkan konsep "serakahnomics" (greed economies) kepada para pemimpin dunia di forum APEC, Jumat (31/10).

Di hadapan 21 kepala negara dan pemerintahan yang hadir, Prabowo dengan yakin menyatakan bahwa pemerintahannya sedang "berjuang keras" melawan tiga musuh utama: korupsi, penipuan, dan yang paling eksotis—"serakahnomics".

Para ekonom di ruangan itu terlihat saling berbisik dan diam-diam membuka Google Translate, berharap menemukan definisi akademis dari istilah yang baru pertama kali mereka dengar ini.

Teori Baru Ekonomi: Dari Reaganomics ke Serakahnomics

Jika Ronald Reagan punya "Reaganomics" dengan teori trickle-down economics-nya, kini Indonesia punya "serakahnomics"—sebuah konsep yang langsung masuk dalam kategori "Things We Wish We Had Trademarked First" versi para ekonom global.

"Kami di Indonesia sedang berjuang melawan korupsi, melawan penipuan, dan melawan greed economies, ekonomi serakah, yang menahan pertumbuhan sejati," ujar Prabowo dengan meyakinkan, seolah-olah semua orang di ruangan sudah paham betul apa yang dimaksud dengan "pertumbuhan sejati" versus "pertumbuhan palsu".

Yang menarik, tidak ada satu pun ekonom di forum tersebut yang berani bertanya: "Maaf Pak, bisa dijelaskan indikator kuantitatif dari serakahnomics? Apakah ada angka threshold-nya? Berapa persen keserakahan yang masih dianggap wajar untuk kapitalisasi pasar?"

Keserakahan: Ancaman Baru yang Lebih Mengerikan dari Inflasi

Dalam pidato yang penuh semangat itu, Prabowo memperingatkan bahwa dunia tidak hanya menghadapi ancaman ekonomi, tetapi juga ancaman "moral dan sosial". Rupanya, selama ini para ekonom keliru fokus pada inflasi, resesi, dan krisis keuangan. Ternyata musuh sebenarnya adalah keserakahan yang "menjelma" dalam bentuk korupsi, penyelundupan, penipuan, dan ekonomi gelap.

"Pertumbuhan yang menyingkirkan adalah pertumbuhan yang memecah belah," kata Prabowo, menciptakan kalimat filosofis yang langsung membuat para jurnalis mencatat untuk dijadikan quote of the day. "Perpecahan menciptakan ketidakstabilan, dan ketidakstabilan tidak akan kondusif bagi perdamaian dan kemakmuran."

Sontak, delegasi dari negara-negara kapitalis maju yang hadir terlihat mengangguk-angguk, meskipun dalam hati mungkin bertanya-tanya: "Bukankah ini prinsip dasar ekonomi yang sudah kami pelajari sejak kuliah semester satu?"

Inklusivitas: Kompas Baru Setelah GPS Rusak

Tidak berhenti di situ, Prabowo juga menekankan pentingnya "inklusivitas" dan "keberlanjutan" sebagai pedoman pembangunan ekonomi global. "Inklusivitas harus menjadi pedoman kita. Keberlanjutan juga harus selalu menjadi kompas bagi masa depan dunia yang aman," katanya dengan penuh keyakinan.

Para pemimpin negara lain terdiam, kemungkinan karena terharu, atau mungkin juga karena bingung mengapa konsep yang sudah menjadi jargon PBB sejak 20 tahun lalu tiba-tiba disajikan seolah-olah baru saja ditemukan seperti benua baru.

Narkoba: The Real Enemy (Tapi Bukan yang Paling Real)

Tak lupa, Prabowo juga memperingatkan tentang bahaya narkotika yang disebutnya sebagai "ancaman terhadap stabilitas dan masa depan bangsa". Ia menyerukan kerja sama multilateral untuk melawan kejahatan transnasional seperti penyelundupan, pencucian uang, perdagangan manusia, dan narkoba.

"Kita tidak dapat menghadapinya sendirian," tegasnya, seolah-olah negara lain baru menyadari bahwa narkoba adalah masalah serius dan bukan hobi yang menyenangkan.

"Kita harus bekerja sama secara multilateral. Kita tidak bisa mengatasi bahaya ini sendirian," tambahnya, menciptakan momen déjà vu bagi mereka yang mengingat bahwa ini adalah tagline standar di setiap konferensi internasional sejak PBB didirikan.

Pertanyaan yang Tidak Terjawab

Sayangnya, karena format pidato tidak memungkinkan sesi tanya jawab, beberapa pertanyaan krusial tetap menggantung:

  1. Bagaimana cara mengukur tingkat serakahnomics suatu negara? Apakah ada Serakahnomics Index seperti Corruption Perception Index?

  2. Apakah Indonesia sudah berhasil melawan serakahnomics di dalam negeri? Atau apakah ini masih dalam tahap "sedang berjuang"?

  3. Apakah keserakahan korporasi multinasional termasuk dalam kategori serakahnomics? Atau hanya keserakahan level UMKM yang dihitung?

  4. Jika ekonomi serakah adalah musuh, apakah ekonomi dermawan adalah solusinya? Mungkinkah kita akan mendengar tentang "philanthropynomics" di KTT APEC tahun depan?

Reaksi Internasional: Antara Kagum dan Bingung

Delegasi Amerika Serikat terlihat mengangguk sopan sambil berbisik, "At least it's not another lecture about Western imperialism."

Delegasi China diam-diam mencatat istilah "serakahnomics" untuk dipelajari lebih lanjut—siapa tahu bisa jadi senjata retorika baru dalam perang dagang.

Sementara delegasi Jepang, dengan kesopanan khasnya, hanya tersenyum tipis sambil memikirkan bagaimana menerjemahkan "serakahnomics" ke dalam bahasa Jepang tanpa kehilangan esensi dramatisnya.

Kesimpulan: Perang yang Belum Dimulai Sudah Diumumkan

Dengan pidato berani ini, Prabowo telah menempatkan Indonesia dalam peta diskursus ekonomi global—meskipun para ekonom masih mencoba mencari peta itu di Google Maps.

Yang pasti, istilah "serakahnomics" kini telah resmi masuk dalam kamus diplomasi internasional, tepat di antara "fake news" dan "post-truth era" sebagai bukti bahwa terkadang, menciptakan istilah baru lebih mudah daripada menyelesaikan masalah yang sudah ada.

Dunia kini menunggu: akankah Indonesia benar-benar memenangkan perang melawan serakahnomics? Atau akankah istilah ini hanya menjadi footnote menarik dalam sejarah pidato-pidato internasional yang penuh jargon namun minim aksi?

Hanya waktu—dan mungkin ekonom dengan sense of humor—yang akan menjawabnya.


DISCLAIMER: Harap dibaca dengan segelas kopi dan sense of humor yang sehat. Kesamaan dengan kejadian nyata adalah... well, exactly the point.


Editor : Zumardi



Presiden Prabowo Deklarasikan Perang Terhadap "Serakahnomics", Dunia Menanti Definisinya
Periksa Juga
Next Post

0Komentar

Tautan berhasil disalin