WEKACE, Lagi asyik scroll, tiba-tiba ketemu video, Wagub Papua Barat pakai Bahasa Arab saat berpidato. Wah, hebat juga. Ini Papua Barat Daya, kalau Gubernur Jawa Timur, wajar. Cari tahu ah, siapa sebenarnya Wagub ini, yok simak narasinya sambil minum es jeruk besar, wak!
Bayangkan, wak! Tengah hari di Sorong, ribuan santri berjubah putih, keringat masih menetes dari dahi karena kipas angin tak cukup menyaingi cuaca tropis Papua Barat Daya. Lalu tiba-tiba, Wakil Gubernur yang baru, Ahmad Nausrau, naik ke podium. Semua orang sudah pasang telinga, menanti pidato dengan gaya khas pejabat, mungkin campur-campur Indonesia, sedikit Inggris biar keren, lalu ditutup dengan “terima kasih”. Eh, ternyata tidak. Beliau malah menembakkan peluru bahasa Arab fasih, tanpa teks, tanpa contekan, tanpa google translate! Santri yang biasanya ngantuk mendengar ceramah mendadak melek seperti baru disiram kopi hitam Mandailing.
Ahmad Nausrau ini bukan pejabat kaleng-kaleng. Lahir di Kayu Merah, Kaimana, Papua Barat pada 28 Juni 1982, beliau tumbuh dengan jalan hidup unik, anak pesisir yang kemudian menyusuri jalan ilmu dari Kaimana ke Fakfak, lalu menyeberang ke Jawa Timur di Pesantren Al-Irsyad Pasuruan, lanjut ke MAN 2 Madiun. Dari situ, jalan bahasa Arab makin terbuka. Bukan sekadar hafalan salam pembuka, beliau sempat belajar di Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar (2003–2004) mengambil Diploma Bahasa Arab dan Studi Islam. Di saat anak lain masih pusing dengan rumus aljabar, beliau sudah mengunyah nahwu dan sharaf sebagai sarapan.
Belum cukup? Beliau pernah pula mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, kampus yang jadi “Ka’bah ilmu” para pecinta bahasa Arab. Meskipun kabar yang beredar menyebut beliau tidak sampai tuntas di sana, cukup sejenak menyerap atmosfer Al-Azhar sudah bikin lidahnya luwes melafalkan qaf tanpa tergelincir jadi k. Gelar resminya pun tak main-main, Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) dari Institut Agama Islam Al-Aqidah, Jakarta, tahun 2007. Dan kabarnya, sejak 2024 beliau sedang mengejar Magister Manajemen. Jangan heran, kombinasi ilmu agama dan ilmu manajemen ini ibarat kopi susu, pahitnya kuat, manisnya tetap terasa.
Kariernya pun penuh drama. Pernah menjadi guru agama di SMA Negeri 1 Kaimana, lalu PNS yang memilih pensiun dini di 2018. Dari situ, jalannya ke panggung publik makin terbuka. Beliau dipercaya jadi Ketua MUI Kaimana, lalu naik kelas menjadi Ketua MUI Papua Barat (2021–2026). Dari guru agama yang sehari-hari sibuk membetulkan bacaan anak SMA, mendadak jadi pengatur irama keagamaan satu provinsi. Sekarang, sejak Pilkada 2024, beliau resmi duduk sebagai Wakil Gubernur Papua Barat Daya mendampingi Elisa Kambu.
Nah, pidato Arab di Halal Bi Halal 1446 H Pondok Pesantren Hidayatullah SP3 Sorong itu bukan sekadar show off. Itu semacam “pernyataan eksistensial” pejabat Papua Barat Daya pun bisa fasih berbahasa Arab, bahkan tanpa teks. Ada filosofi dalam aksen itu, bahasa bukan cuma alat komunikasi, tapi jembatan spiritual. Seolah beliau ingin berkata, “Jangan minder jadi santri Papua. Bahasa Arab bukan monopoli Timur Tengah, kita pun bisa.”
Masyarakat yang hadir terkagum. Santri terharu, sebagian bahkan berseloroh, “Wagub atau ustaz ini?” Di zaman pejabat lain masih bangga bisa menyelipkan “by the way” atau “let’s move on” dalam pidato, Ahmad Nausrau justru menggelegar dengan “الحمد لله رب العالمين”. Satire hidup untuk kita semua, ternyata prestise pejabat tak harus diukur dari mobil mewah atau tanah berhektar-hektar, karena kabarnya beliau memang tak punya itu semua, melainkan dari lidah yang mampu menari dalam bahasa wahyu.
Maka, ketika sejarah Papua Barat Daya ditulis, jangan lupa mencatat bahwa ada satu Wakil Gubernur bernama Ahmad Nausrau, yang membuat santri bangga bukan dengan proyek mercusuar, tapi dengan pidato Arab tanpa teks, penuh makna, penuh gaya, dan penuh kejutan epik.
Foto Ai, hanya ilustrasi.
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
Tags
OASE