'); Ketika Seragam Baru Menghapus Jejak Cinta
WEKACE UPDATE
Loading...

Ketika Seragam Baru Menghapus Jejak Cinta

WEKACE, Sebuah cerita dari Aceh Singkil mencuri perhatian warganet. Bukan karena kisah inspiratif, tapi justru tragedi kemanusiaan yang menyayat nurani.

Mimpi yang Berubah Jadi Mimpi Buruk

Seorang perempuan dengan setia mendampingi suaminya berjuang meraih impian. Dari ketiadaan hingga akhirnya sang suami berhasil lolos seleksi P3K. Pengorbanan demi pengorbanan ia berikan, bersama dua buah hati kecil yang terus ia jaga.

Namun, siapa sangka?

Saat Kebahagiaan Berubah Menjadi Petaka


Pengumuman kelulusan yang dinanti, justru menjadi awal kehancuran. Begitu mengenakan seragam kebanggaan barunya, sang suami mengambil keputusan yang tak terduga: menceraikan istrinya dan mengusir perempuan itu bersama kedua anaknya.

Air Mata yang Tak Terbendung

Pelukan erat sang ibu pada dua anaknya menjadi saksi bisu kepedihan. Ia harus meninggalkan rumah yang dulu ia bangun dengan penuh harap. Rumah tempat ia membesarkan anak-anak sambil terus menyemangati sang suami meraih cita-cita.

Kini, rumah itu hanya menyisakan kenangan pahit.

Viral dan Menyentuh Hati Banyak Orang

Kisah ini menyebar luas di media sosial, mengundang simpati dan kemarahan publik. Banyak yang bertanya: bagaimana mungkin seseorang melupakan jasanya sendiri? Bagaimana bisa seragam baru menghapus ingatan tentang orang-orang yang telah berjuang bersamanya?

Di tengah hiruk-pikuk kesuksesan seseorang, tersimpan cerita kelam tentang pengkhianatan, tentang istri yang diabaikan, dan tentang dua anak kecil yang kehilangan figur ayah mereka.

**Sebuah pengingat:** tidak semua yang berhasil, berhasil dengan cara yang terhormat.

---

*💔 Semoga keadilan berpihak pada mereka yang terluka, dan kesadaran datang bagi mereka yang melupakan asal-usulnya.

Editor :
Sumardi

Redaksi

Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak