WEKACE, Ente pernah lihat meme, Gus Romy dan Cak Imin lagi ngobrol. Gus Romy nanya,”Ente percaya, cak?” Dijawab Cak Imin, “Kagak!” Meme itu viral dan sering menghiasi media sosial. Orang kalau banyak bohongnya, akan sulit dipercaya. Bersumpah atas nama Tuhan pun, pasti dijawab, kagak. Mari kita ungkap fenomena tak biasa peel DPR RI yang katanya salah transfer. Siapkan lagi kopi tanpa gulanya, wak!
Konon di sebuah negeri yang katanya berdaulat penuh atas rakyat, sebuah fenomena mistis keuangan terjadi. DPR RI, lembaga yang katanya terhormat, tapi sering jadi trending karena kelucuan spontan tanpa naskah, mengaku salah transfer. Iya, salah transfer, bukan salah jalan hidup.
Kronologinya absurd tapi nyata. Seharusnya dana reses anggota DPR itu Rp 702 juta, tapi yang nyasar ke rekening adalah Rp 756 juta. Ada kelebihan Rp 54 juta, yang katanya sudah “ditarik balik”. Pertanyaannya, siapa yang menarik? Hantu blaw?
Publik mendadak heboh. Bukan karena angka Rp 54 juta itu besar, karena untuk ukuran DPR, itu mungkin cuma setara uang rokok rapat paripurna, tapi karena mereka ngaku salah transfer! Itu sesuatu yang jarang banget terjadi. Dalam sejarah peradaban manusia, pengakuan dosa dari lembaga tinggi negara itu setara dengan munculnya pelangi di tengah malam.
Sufmi Dasco Ahmad, sang juru bicara kesucian administrasi (Puan entah kemana), buru-buru menjelaskan, itu cuma kesalahan dari kesetjenan DPR. Oh, tentu saja. Kalau bukan staf, siapa lagi yang bisa disalahkan atau dikambinghitamkan? Seperti biasa, di negeri ini, yang salah bukan sistem, tapi fotokopian surat jalan.
Tapi mari kita berpikir filosofis sejenak. Mungkinkah ini bukan sekadar salah transfer, tapi pesan semesta? Mungkin semesta sedang menguji, apakah jika uang lebih dikirim ke wakil rakyat, mereka akan bilang, “Waduh, kelebihan nih, tolong tarik balik,” atau justru, “Rezeki gak boleh ditolak, kan?”
Kalau dipikir logika warung kopi, mustahil uang Rp 54 juta bisa nyasar begitu saja. Itu bukan nominal yang muncul dari mimpi. Bahkan mesin ATM aja perlu tiga kali konfirmasi sebelum transfer. Tapi ya, mungkin di DPR sistemnya beda, klik satu tombol, tiba-tiba berlimpah seperti mukjizat Nabi Musa membelah Laut Merah.
Lucunya, mereka bilang uangnya sudah dikembalikan. Publik cuma bisa berkata, “Oh, baiklah.” Tapi dalam hati, kita semua tahu... yang benar aja, bos.
Tapi begini, kalau memang benar sudah dikembalikan, artinya DPR sedang menuju jalan tobat nasional. Mungkin nanti akan lahir buku suci baru, Kitab Transfer yang Benar dan Tidak Benar. Di dalamnya ada pasal-pasal tentang etika mengetik angka di Excel, cara menekan tombol “kirim” dengan penuh iman, dan doa sebelum mentransfer uang rakyat.
Bahkan teori konspirasi mulai muncul di jagat maya. Ada yang bilang kesalahan itu disengaja, semacam tes kesetiaan digital. Siapa yang protes berarti jujur, siapa yang diam berarti sudah pasrah di jalan setan fiskal. Ada juga teori yang lebih gila, katanya angka Rp 756 juta itu sebenarnya sandi. 7 + 5 + 6 = 18, 1 + 8 = 9. Nomor sembilan itu simbol wakil rakyat yang tak pernah genap.
Di sinilah letak keindahan absurditas bangsa ini. Setiap skandal bisa dijelaskan dengan kalimat “sudah diperbaiki”. Kebijakan salah? Sudah direvisi. Dana bocor? Sudah dikembalikan. Rakyat miskin? Sudah disurvei.
So, kalau DPR salah transfer, kita jangan kaget. Di negara ini, yang benar saja bisa jadi salah, apalagi yang salah, bisa jadi anggaran. Mungkin, di akhirat nanti, malaikat juga bingung menilai, “Ini anggota DPR yang jujur atau cuma belum sempat salah transfer lagi?”
Kita, para pengopi tanpa gula, rakyat yang sabar luar biasa, hanya bisa mengucap, “Ya sudahlah, yang penting masih bisa ngopi sambil baca berita absurd ini.”
Foto Ai, hanya ilustrasi
Penulis : 1
Ketua Satupena Kalbar
Tags
POLITIK