WEKACE, Kalau mahasiswa magang di kantin kampus, lalu ia salah input, saya maklumi. Namanya anak magang. Kalau bank besar justru salah input, itu kebangatan. Mana nila nominalnya sampai triliunan. Mari kita ungkap kisah absurd ini sambil seruput kopi Senang khas Sorong tanpa gula, wak!
Indonesia, negeri di mana hal paling tidak mungkin bisa terjadi sebelum jam makan siang. Di tempat lain, orang salah input bisa bikin laporan keuangan sedikit miring. Di sini? Salah input bisa bikin satu kota mendadak sekaya Dubai versi diskon. Kasusnya datang dari Bank Kalimantan Selatan (Bank Kalsel), yang entah sedang ngantuk, kebanyakan kopi, atau terpukau Raisa, tiba-tiba melaporkan dana milik Pemerintah Kota Banjarbaru mencapai Rp 5,16 triliun. Iya, triliun, bukan saldo GoPay.
Pian bayangkan! Wajah pegawai Bank Indonesia saat melihat laporan itu. Mungkin ia sempat berpikir, “Apakah Banjarbaru menemukan tambang minyak?” Atau mungkin, “Apakah Pemkot Banjarbaru sedang mencetak uang sendiri?” Tapi tidak, wak. Jawabannya lebih mistis dari itu, salah input.
Wali Kota Banjarbaru, Erna Lisa Halaby, sontak langsung tampil bak pahlawan keuangan nasional. Dengan semangat nasionalisme fiskal, ia bersumpah tak akan membiarkan “kesalahan sekecil apa pun mencoreng nama Banjarbaru.” Ucapannya heroik, tapi mari jujur, ini bukan sekecil apa pun, Bu. Ini salah input triliunan. Ini bukan kesalahan jari, ini kesalahan galaksi!
Lisa menjelaskan, Banjarbaru selama ini bekerja dengan prinsip kehati-hatian, transparansi, dan akuntabilitas. Tapi tampaknya sistem akuntabilitas itu kalah oleh tombol Enter. Satu klik, dan boom! Banjarbaru jadi kota terkaya di jagat raya. Rakyat pun sempat panik campur bahagia. Grup WhatsApp warga penuh meme, “Woi, saldo kota kita Rp 5 triliun! Gass beli pesawat tempur!”
Namun kebahagiaan itu hanya berlangsung sekejap. Plt Kepala BPKAD Banjarbaru, Sri Lailana, akhirnya mengumumkan, Bank Kalsel keliru memasukkan kode wilayah. Dana yang seharusnya milik Pemprov Kalsel malah nyasar ke Banjarbaru. Bahasa kasarnya, alamat rekeningnya salah ketik. Atau, bahasa Ayu Tinting, alamat palsu.
Begitu kabar itu keluar, teori konspirasi langsung merebak. Ada yang bilang ini bukan salah input, tapi manifestasi energi spiritual fiskal. Katanya, semesta memang mengirim sinyal, Banjarbaru layak jadi pusat ekonomi dunia. Ada juga yang curiga, “Jangan-jangan pegawai Bank Kalsel asal Banjarbaru, jadi refleks aja ngetik kota sendiri.”
Sementara itu, Direktur Utama Bank Kalsel, Fachrudin, muncul dengan nada tenang layaknya dokter bedah yang baru saja menjahit bumi. Ia menjelaskan, kesalahan itu “murni administratif.” Total ada 13 rekening yang tercatat salah, dengan nilai mencapai Rp 4,746 triliun. Tapi ia menegaskan dana tetap aman, tak ada yang hilang, tak ada yang bocor, cuma nyasar sebentar ke dunia paralel bernama Banjarbaru.
Fachrudin menambahkan, pihaknya sudah klarifikasi ke Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri. Semua data sudah disinkronkan, semuanya kembali normal. Tapi rakyat sudah terlanjur ketagihan sensasi jadi kaya. Seorang warga menulis di Tiktok, “Walau cuma sehari, rasanya kayak jadi Dubai.”
Para ekonom menyebut ini “kesalahan sistem.” Tapi filsuf menyebutnya “lelucon semesta.” Dari sekian ribu bank di Indonesia, yang salah input malah yang pegang duit daerah. Ini bukan sekadar typo, ini epic glitch in the matrix.
Begitulah akhirnya, Bank Kalsel berhasil memperbaiki data, Banjarbaru kembali jadi kota biasa, dan seluruh bangsa belajar satu pelajaran penting, jangan pernah meremehkan kekuatan satu jari. Karena di negeri ini, satu klik bisa mengubah nasib kota. Kadang bikin miskin, kadang bikin Banjarbaru triliuner sementara.
Foto Ai hanya ilustrasi
Editor :
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
Tags
VIRAL