WEKACE, Mungkin kalian banyak bosan dengan Roy Suryo cs. "Die lagi..die lagi." Sekarang kita kulik lawan Roy berdebat. Setiap ada Tiroris di televisi, lawannya pembela Jokowi sejati ini. Mari kita kenalan sambil seruput kopi tanpa gula, wak!
Di jagat politik Indonesia yang penuh drama, dusta, dan debat ala sinetron jam 7 malam, satu nama bersinar seperti lampu sorot di panggung talkshow, Andi Azwan. Ia bukan menteri, bukan akademisi, bukan pula tokoh partai. Tapi jangan salah, kalau ada yang berani menyentuh nama Jokowi dengan nada miring, Andi Azwan sudah siap pasang badan, pasang suara, dan kadang pasang urat leher. Ia bukan sekadar relawan. Ia adalah penjaga gerbang terakhir keimanan politik. Mau Jokowi dituduh palsu, salah, lupa tanda tangan, atau dikira alien dari Solo, Andi Azwan tetap berdiri tegak, menatap kamera, dan berkata: “Itu omong kosong.”
Kalau Roy Suryo muncul di TV dengan analisis forensik digital yang katanya bisa membedakan ijazah asli dan fotokopi dari jarak 3 kilometer, maka Andi Azwan akan muncul lima menit kemudian, siap berdebat tanpa PowerPoint, tanpa data, tapi dengan semangat membara dan logika yang hanya bisa dipahami oleh para pemuja Jokowi garis keras. Ia tidak datang membawa bukti, ia datang membawa keyakinan. Di negeri ini, kadang keyakinan lebih laku dari fakta.
Andi Azwan adalah tokoh yang tidak butuh biodata. Tanggal lahir? Tidak penting. Pendidikan? Siapa peduli. Keluarga? Mungkin ada, tapi yang lebih penting adalah keluarga besar relawan yang ia lindungi dengan semangat seperti penjaga candi dari zaman Majapahit. Ia muncul di talkshow seperti superhero tanpa jubah, hanya bermodal suara lantang dan gestur tangan yang bisa mengalahkan efek CGI. Ketika lawan bicara mulai bicara data, Andi bicara “saya tahu sejak 2012.” Ketika lawan bicara bicara logika, Andi bicara “itu hoaks.” Ketika lawan bicara bicara hukum, Andi bicara “itu pansos.”
Ia adalah satu-satunya tokoh yang bisa membuat debat soal ijazah Jokowi terasa seperti final Piala Dunia. Penonton tidak lagi peduli siapa benar, siapa salah. Yang penting adalah aksi, emosi, dan drama. Di tengah semua itu, Andi Azwan berdiri sebagai aktor utama, sutradara, dan kadang penonton yang bertepuk tangan untuk dirinya sendiri.
Ketika masa jabatan Jokowi sudah jadi orang biasa, Andi Azwan tidak mundur. Ia tidak pensiun. Ia bermutasi. Dari Jokowi Mania, ia menjelma menjadi Prabowo Mania 08. Karena bagi Andi, kesetiaan bukan pada nama, tapi pada aura kekuasaan yang dirasa benar. Ia adalah relawan yang tidak pernah lelah, hanya berganti kostum. Seperti Power Rangers, tapi versi politik.
Andi Azwan adalah bukti, dalam dunia politik Indonesia, logika bisa kalah oleh loyalitas, dan data bisa dikalahkan oleh decibel suara. Ia adalah legenda hidup yang tidak butuh Wikipedia. Ia adalah pembela sejati Jokowi, penjaga ijazah, pemuja tanpa syarat, dan mungkin satu-satunya orang yang bisa membuat talkshow politik terasa seperti konser rock.
So, kalau suatu hari nuan menyalakan TV dan melihat seseorang berteriak “Itu omong kosong!” dengan mata membara dan tangan menunjuk ke arah lawan debat, jangan heran. Itu pasti Andi Azwan. Di saat itu, Anda tahu, Jokowi sedang dibela. Dengan sepenuh hati. Dengan sepenuh suara. Dengan sepenuh absurditas yang hanya bisa lahir dari cinta politik yang tak terbatas.
Foto Ai, hanya ilustrasi
Editor :
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
Tags
SOSOK