'); Putra Sulung Mahyeldi Jadi Ketua DPW PSI
WEKACE UPDATE
Loading...

Putra Sulung Mahyeldi Jadi Ketua DPW PSI

WEKACE, Lagi heboh di Sumbar. Putra sulung Gubernur Mahyeldi, Taufiqur Rahman, di-SK-kan oleh Ketum PSI Kaesang Pangareb sebagai Ketua DPW PSI Sumbar.

Sebetulnya, berita itu biasa saja. Orangtua dan anak berbeda partai, biasa. Tapi menjadi luar biasa karena terkait PKS dan Mahyeldi, yang masih menjabat di PKS.

Saat ini Gubernur Mahyeldi masih jadi Ketua MPW PKS Sumbar. Anaknya, Taufiqur Rahman jadi Ketua DPW PSI Sumbar. Mestinya itu prestasi. Tapi secara tradisi, tidak.

Anak kader inti PKS harus menjadi kader PKS, bahkan mewarisi PKS itu sendiri. Tak sedikit anak kader PKS, yang jadi pejabat di PKS. Anak Mahyeldi, kok tidak?

Bukan tak pernah berbaju PKS. Taufiqur Rahman sejak remaja sudah berjaket PKS. Kental. Wajah PKS masa depan pula sering disebut. Tapi kok bisa pindah ke PSI? 

Bahkan, jadi pejabat di PSI. Garis politik yang dianggap jauh sekali dengan PKS. Apakah tradisi di PKS sudah berubah? Belum. Ini fenomena baru yang layak dikaji.

Dua kali ikut Pemilu, 2019 dan 2024, PSI belum pernah punya kursi di Sumbar, dan di Kabupaten/Kota. Apakah Taufiqur Rahman akan pecah telur pada Pemilu 2029? Harus dilihat dan Taufiq akan mencoba, tentunya.

Pasti akan banyak kritikan, terbuka atau terang²an, terhadap Mahyeldi dan keluarga, di internal maupun eksternal. Tak perlu dijawab apa². Karena itulah takdir. Jalan pengabdian bisa beda², asal tujuan tetap sama.

Era baru sedang muncul, era lama akan segera tinggal di belakang. Sumbar sebetulnya belum berubah sejak Pemilu 2014. Politik Jokowi belum dapat diterima.

Karena itu, langkah putra sulung Mahyeldi, Taufiqur Rahman adalah langkah anak muda yang pemberani. Dia ingin mendobrak banyak hal sekaligus. Semoga.

Editor :
Erizal

Redaksi

Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak