Kadisdik Sinjai beberkan strategi "Tasikolasi" saat mengudara di radio lokal. Guru bakal jadi orang tua angkat untuk dua anak putus sekolah.
WEKACE, Sinjai - Angka anak tidak bersekolah di Sinjai terus menanjak. Dari 8,14 persen pada 2021 menjadi 10,65 persen setahun kemudian. Data Badan Pusat Statistik ini yang mendorong Dinas Pendidikan setempat merancang program "Tasikolasi".
"Tahun 2021 angka ATS tercatat sebesar 8,14 persen dan meningkat menjadi 10,65 persen pada tahun 2022," kata Kepala Dinas Pendidikan Sinjai Irwan Suaib saat mengudara di Radio Suara Bersatu 95,5 FM, Rabu kemarin.
Masalahnya, data Survei Sosial Ekonomi Nasional itu belum menunjukkan identitas dan alamat spesifik. Akibatnya, sulit dilakukan intervensi langsung. Maka lahirlah aplikasi Tasikolasi—singkatan dari "Ayo Sekolah Lagi"—untuk memetakan ATS secara detail di seluruh Kabupaten Sinjai.
Irwan, yang sebelumnya menjabat Kadis Kominfo dan Persandian Sinjai, merinci tiga pilar program ini. Guru non-ASN terlatih akan turun ke lapangan untuk mendata anak-anak tidak bersekolah di setiap dusun. Data yang terkumpul kemudian divalidasi demi akurasi.
Pilar kedua melibatkan kepala sekolah dan guru ASN/PPPK sebagai "orang tua angkat" untuk dua ATS. Tugas mereka: mengedukasi dan membujuk anak-anak itu kembali ke bangku sekolah, baik lewat jalur formal maupun Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
Sementara guru non-ASN berperan sebagai "Tutor Angkat Balibolae" bagi ATS yang sama sekali belum pernah bersekolah atau belum berijazah setara SD. Para tutor ini mengajar hingga anak-anak tersebut siap didaftarkan di PKBM.
"Para tutor ini diberi tugas mengajar dan mendampingi ATS hingga siap didaftarkan di PKBM," ujar Irwan kepada host Nurlaelah.
Lewat pendekatan gotong-royong ini, Disdik Sinjai berharap bisa memangkas angka putus sekolah sekaligus memastikan hak pendidikan anak tetap terlindungi.