'); Langkah Terhenti di Mesir, 10 Relawan Indonesia Gagal Capai Gaza
WEKACE UPDATE
Loading...

Langkah Terhenti di Mesir, 10 Relawan Indonesia Gagal Capai Gaza

WEKACE, Mesir — Perjalanan sepuluh relawan asal Indonesia yang tergabung dalam aksi Global March to Gaza harus terhenti di wilayah Mesir. Mereka gagal melanjutkan perjalanan menuju perbatasan Rafah, jalur utama menuju wilayah Gaza, Palestina, setelah menghadapi pengawasan ketat dari otoritas Mesir.

Para relawan tersebut terdiri dari berbagai kalangan, termasuk dua publik figur, Wanda Hamidah dan Zaskia Adya Mecca. Perjalanan mereka ke Gaza merupakan bentuk solidaritas kemanusiaan terhadap warga sipil Palestina yang terus menjadi korban serangan dan blokade Israel.

Melalui unggahan di media sosialnya, Wanda Hamidah menyatakan bahwa meskipun langkah fisik mereka terhenti, semangat perjuangan tetap menyala. Wanda bahkan menyitir salah satu ayat Al-Qur'an, Ali Imran:139, untuk meneguhkan tekadnya.
"Kami pulang dari perjalanan batin ini dengan hati yang lebih kuat," tulis Wanda dalam akun Instagram pribadinya, Selasa (17/6/2025).

Aksi Global March to Gaza sendiri merupakan bagian dari gerakan solidaritas internasional yang menuntut diakhirinya penderitaan warga sipil Gaza akibat blokade dan agresi militer yang berkepanjangan. Para relawan menegaskan bahwa tujuan mereka bukan hanya soal menembus perbatasan, tetapi juga menyuarakan penolakan terhadap normalisasi atas penderitaan rakyat Palestina.

"Ini bukan akhir dari perjuangan. Ini adalah awal dari solidaritas yang lebih nyaring," lanjut pernyataan mereka.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari otoritas Mesir terkait alasan pengawasan ketat terhadap rombongan relawan Indonesia tersebut.

Tentang Global March to Gaza:

Gerakan ini merupakan aksi damai internasional yang melibatkan relawan dari berbagai negara untuk menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina, khususnya yang berada di Jalur Gaza, wilayah yang telah mengalami blokade sejak 2007.

Redaksi

Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak