'); Bejo sang Penakluk:Perjalanan pria miskin yang selalu di penuhi keberuntungan,
WEKACE UPDATE
Loading...

Bejo sang Penakluk:Perjalanan pria miskin yang selalu di penuhi keberuntungan,

" Jo, tadi kamu melihat kami, kan? Aku jujur nih, Jo, ini baru pertama kali aku mau mencoba melakukan ini dengan Pak Kades, tapi kan belum ada apa-apa. Kamu sendiri tadi lihat, nggak ada yang terjadi kan?" Ucap Juleha dengan suara lembut.

Bejo yang masih muda begitu terpana, melihat wajah cantik Juleha, perasaannya semakin memuncak. Entah setan apa yang menggoda, jiwa muda Bejo seperti sudah dibakar api gelora saat melihat Pak Kades dan Juleha yang sempat saling meraba.

Tiba-tiba saja, bibir bejo menemukan bibir Juleha dan mereka pun saling beradu bibir dengan mesra. Tanpa Bejo sangka, Juleha juga membalas ajakannya beradu dengan penuh gelora.

Juleha terlihat resah sejak tadi, menggigil kegelisahan yang melanda dirinya. Tiba-tiba, pemuda di hadapannya mengajaknya beradu mulut dengan sangat ganas.

Sebenarnya Juleha sama sekali tidak tertarik saat pak kades mengajaknya ke gubuk tengah sawah, namun Juleha tidak bisa mengabaikan ajakan Pak Kades yang sudah tua itu, saat pak kades menawarkan uang yang cukup banyak agar dia mau melayaninya.


Kebutuhan akan uang dan kerinduan akan sentuhan kasih pria membuatnya mau tak mau menerima ajakan tersebut, sayangnya, rencana mereka seakan gagal ketika Bejo muncul.

Melihat sosok Bejo yang muda, berotot, dan walaupun berkulit agak gelap, Juleha merasa tertarik dan menganggapnya macho. Energi dalam dirinya kembali bangkit, ketika Bejo mengajak beradu mulut. Juleha langsung membalas dengan penuh semangat dan tak ingin melewatkan momen ini.

Bejo begitu bersemangat saat merasakan Juleha membalas apa yang dia lakukan, dengan langkah terburu-buru Bejo langsung mengeluarkan cangkul miliknya dan meminta Juleha untuk merawat cangkul miliknya.

Juleha begitu terkejut saat menggenggam cangkul yang Bejo berikan padanya, dia tidak menyangka kalau ternyata cangkul Bejo sangat besar dan panjang melebih cangkul milik almarhum suaminya.

Tidak ingin melewatkan momen kebersamaan mereka, Juleha langsung menservis cangkul Bejo dengan servis terbaik yang dia miliki. Walaupun awalnya Juleha sedikit kesulitan karna ukuran cangkul Bejo yang diluar nalar. Namun, seiring berjalannya waktu dia justru semakin menikmatinya.

" Jo, kita langsung saja ya? Sawahku sudah sangat ingin merasakan bagaimana cangkulmu berada disana." pinta Juleha setelah dia merasakan sedikit kelelahan menservis cangkul Bejo.

Juleha tidak menyangka kalau ternyata cangkul Bejo selain besar dan panjang juga memiliki daya tahan yang sangat luar biasa. Hal itu semakin membuat Juleha penasaran dengan kehebatan cangkul milik Bejo.

" Aku tidak tau caranya mba?" balas Bejo sambil tersenyum kecut.

" Hufffftttt, ya sudah biar mba yang ajarin." ujar Juleha dengan lembut.

Bejo yang mendapatkan bimbingan dari juleha menjadi sedikit paham dengan cara mencangkul sawah milik wanita yang baik dan benar,  bagi Bejo apa yang di ajarkan oleh Juleha sangat berbeda dengan apa yang sering dia tonton di hp.

" Pelan-pelan Jo, jangan terburu-buru nikmati setiap ayunan cangkulmu di sawahku." ucap Juleha sambil memejamkan matanya.

Juleha sebenarnya sedikit merasakan sakit di sawah miliknya, namun dia tetap bertahan agar Bejo tidak menghentikan aktivitasnya mencangkul sawah miliknya.

Bejo yang mulai merasakan sensasi luar biasa dari mencangkul sawah milik Juleha, dengan perlahan mulai mempercepat gerakannya sambil dia mencondongkan tubuhnya mendekati buah melon milik Juleha yang di persiapkan untuknya.

" Nahhh begituu, Jo, ini sangat enak banget..!" bisik Juleha sambil mengusap rambut Bejo yang tengah asik menikmati buah melon miliknya.

Bejo semakin bersemangat mendapatkan pujian dari Juleha, setiap ayunan cangkulnya semakin dalam menghujam sawah Juleha, Juleha yang tadinya masih bisa bertahan untuk tidak mengeluarkan suara suara merdunya akhirnga jebol juga.

" Jo, saya mau keluar terlebih dahulu..! Kamu masih lama atau tidak." tanya Juleha yang merasakan jika dirinya akan mencapai surga dunia.

" Sebentar lagi mba, tanggung nih, saya keluarkan didalam boleh mba?" Sahut Bejo sambil terus mengayunkan cangkulnya ke sawah Juleha.

" Boleh saja Jo, aman kok?" balas Juleha sambil terus menahan diri agar tidak semakin keras mengeluarkan suara suara merdunya.

Mendapatkan ijin dari Juleha, Bejo semakin bersemangat untuk mengayunkan cangkulnya ke sawah Juleha, hingga beberapa saat kemudian dirinya dan Juleha mencapai puncak kebahagiaan bersama.

" Hufffftttt... Ternyata kamu hebat juga, Jo? tetapi ingat ya Jo, ini rahasia kita berdua jangan ada orang lain yang tau." pinta Juleha sambil merapikan pakaiannya yang berantakan.

" Siap mba, saya paham kok. Kalau saya kepengen mencangkul sawah mba Juleha lagi apakah boleh." pinta Bejo dengan senyum manisnya.

" Kita lihat saja nanti, sekarang mba mau pulang terlebih dahulu, sebelum ada orang yang datang kemari." balas Juleha sambil keluar dari gubuk tengah sawah.

Di dalam hatinya Juleha tentu sangat bersemangat jika Bejo ingin kembali mencangkul sawah miliknya, namun sebagai seorang wanita tentu saja dia harus sedikit jual mahal.

Sedangkan Bejo yang kelelahan setelah mencangkul sawah Juleha, langsung tertidur lelap di gubuk tengah sawah. Di dalam tidurnya Bejo bermimpi melihat gambar bendera negara Hongkong dengan angka 11 di tengahnya.

Dia teringat lagi pada surat yang ditinggalkan Nenek Salti sebelum ia meninggal.

" Cucuku Bejo. jika kamu menemukan surat ini berarti nenek sudah tiada, cucuku bejo, di dalam amplop ini ada cincin warisan turun temurun dari leluhur keluarga kita, pakailah kalo kamu beruntung dan terpilih oleh cincin itu maka hidupmu akan penuh dengan keberuntungan, tetapi kamu jangan berpikir di cincin warisan yang nenek berikan ada teknik kultivasi atau dunia kecil di dalamnya, cincin itu hanya akan membawa keberuntungan untuk hidupmu. Nenek sangat menyayangimu"

Bejo seketika terbangun dari tidurnya, dia yang mendapatkan mimpi nomer Hongkong pun seketika terkejut, karna baru kali ini dia mendapatkan mimpi nomer togel, walaupun hanya dua angka namun Bejo merasa bersyukur, karna jika dia pasang dengan jumlah banyak hasilnya juga akan lumayan.

Bejo berpikir, mungkin ini yang di maksud oleh neneknya tentang keberuntungan yang akan dia dapatkan jika berjodoh dengan cincin peninggalan leluhurnya. tak ingin larut dalam lamunannya, Bejo segera kembali ke sungai untuk memasang lima pancing yang tersisa.

Setelah selesai memasang pancingnya, Bejo segera mengecek pancing yang sudah terlebih dahulu dia pasang sebelum pulang.

" Astaga...!! Aku sungguh beruntung." pekik Bejo saat dia mengontrol pancingnya.

Bejo benar-benar tidak menyangka kalau dari lima belas pancing yang sudah dia pasang terlebih dahulu, semuanya berhasil mendapatkan ikan.

Dengan penuh semangat, Bejo langsung memasukan satu demi satu ikan itu ke dalam ember yang telah persiapkan, Bejo berniat untuk menjual sebagian ikan yang dia dapatkan ke warung Bu Lilis, yang sudah biasa menerima hasil pancingannya.

' Hehehehehehehe... Kalau begini terus aku bisa cepat punya banyak uang?' gumam Bejo.

Bejo sangat bahagia karna dari lima belas pancingnya dia mendapatkan sepuluh ekor ikan mujair dan lima ekor gabus yang lumayan besar.

Dengan penuh semangat Bejo langsung kembali ke desanya untuk segera menuju warung Bu Lilis agar bisa secepatnya menjual ikan miliknya.

" Bu lilis, saya pesan kopi hitam pahit ya? dan ini kebetulan saya mendapatkan ikan yang cukup banyak, apa ibu mau membelinya." ucap Bejo ketika dia telah tiba di warung Bu Lilis.

" Bawa masuk Jo ikannya, biar ibu lihat dulu?" jawab Bu lilis dari dalam warung.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Bu Lilis, Bejo pun segera memasuki warung, Bejo cukup terkejut saat melihat Bu Lilis ternyata hanya memakai daster tipis yang membuat bemper dan buah semangka miliknya tercetak jelas.

" Kamu lihat apa, Jo.!" bisik Bu Lilis sambil tersenyum penuh arti.

Lilis sudah biasa melihat para pemuda dan bapak-bapak di kampung mereka menatapnya seperti itu kepadanya, bagi Lilis tidak masalah sama sekali asal mereka tidak berbuat berlebihan. Karna dia harus menjaga nama baiknya sebab dirinya hidup sendiri karna suaminya yang merantau ke Malaysia dan hanya pulang dua tahun sekali.

Sebenarnya Lilis merasa sangat kesepian karna kurangnya nafkah batin dari suaminya, apalagi dia yang masih berusia tiga puluh tujuh tahun dan geloranya masih menggebu-gebu.

" Tidak Bu, saya tidak lihat apa-apa, ini ikannya Bu?" balas Bejo sambil tersenyum canggung.

" Besar bangett Jo..!!" pekik Lilis tanpa sadar saat melihat ikan yang Bejo dapatkan.

" Hehehehehehehe, mungkin saya sedang beruntung Bu." balas Bejo santai karna tidak tau maksud Bu Lilis.

Bejo sebenarnya cukup terkejut saat melihat ikan yang dia dapatkan, Bejo sangat yakin kalau ikan yang dia dapatkan tidak sebesar yang berada di ember saat ini.

Setelah merenung cukup lama, Bejo akhirnya sadar bahwa ikan yang bertambah besar itu ada kaitannya dengan cincin yang dia pakai, Bejo semakin bersemangat setelah mengetahui kegunaan lain dari cicinnya, bejo yakin dengan cincin peninggalan neneknya, kehidupannya pasti akan menjadi lebih baik di masa depan.

" Kamu timbang dulu saja, Jo. pisahkan antara ikan gabus dan mujaer, saya buatkan kopi pesanan kamu terlebih dahulu." ujar Bu Lilis dengan wajah memerah.

" Beres Bu! Jangan lupa kopi pahit." balas Bejo dengan penuh semangat.

Bejo yang sudah biasa membantu Bu Lilis di warungnya langsung bergerak cepat untuk menimbang ikan miliknya, tidak butuh waktu lama bagi Bejo untuk menimbang ikan miliknya.

" Ikan mujairnya lima kilo, Bu. ikan gabusnya dua kilo setengah." ucap Bejo dengan penuh semangat.

" Jo, ibu bayar seperti biasa ya?" ujar Bu Lilis sambil menyerahkan dua buah uang pecahan seratus ribu dan satu dua puluh ribuan dan satu lima ribuan.

Tanpa banyak protes Bejo pun menerima pembayaran dari Bu Lilis, Bejo merasa bersyukur walau ikannya hanya di bayar tiga puluh ribu perkilo, menurut Bejo harga yang diberikan Bu Lilis sudah sangat tinggi.

Setelah menerima pembayaran, Bejo langsung membawa kopi pesanannya ke depan warung untuk berkumpul dengan Samsul dan para bapak-bapak yang sedang sibuk merumus nomor togel.

" Serius amat sul, emang sudah pasti dapat?" tanya Bejo sambil duduk di samping Samsul yang masih sibuk merumus nomor togel.

" Namanya juga usaha, jo" balas Samsul tanpa menoleh.

" Sul, buatkan aku akun judi togel dong?" pinta Bejo sambil mengeluarkan hpnya yang layarnya sudah retak.

" Mantap, akhirnya kamu mau pasang togel juga Jo, siapa tau dengan pasang togel kamu bisa kaya raya." ucap Samsul dengan penuh semangat dan langsung mengambil hp Bejo.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Samsul untuk membuatkan akun judi togel di hp Bejo. Setelah mempunyai akun judi togel Bejopun mengecek sisa saldo di dalam rekeningnya.

Bejo hanya tersenyum kecut saat melihat isi saldonya yang hanya tersisa lima puluh ribu, tanpa membuang waktu, Bejo pun langsung mengisi rekeningnya sebanyak tiga ratus ribu pemberian kepala desa melalui Bu Lilis.

Warung Bu Lilis selalu ramai setiap malam, karna di warungnya menerima transfer rekening dengan biaya yang cukup murah, sehingga banyak yang pasang togel senang berkumpul di warung Bu Lilis.

" Tumben kamu mau pasang togel, Jo. kamu dapat nomor darimana? Sini aku ajarin sekalian cara pasangnya?" ucap Samsul penasaran.

Sebagai sahabat Bejo dari kecil Samsul sangat paham dengan karakter Bejo yang selalu berhati-hati kalau soal uang, apalagi semenjak neneknya meninggal.

" Jo, jadi pasang nggak? tiga puluh menit lagi akan keluar." ucap samsul yang sudah tak sabar karna Bejo masih diam saja.

" Jadi dong sul, kamu tolong pasangkan nomor 11, tiga ratus ribu, Sul." Ucap Bejo dengan santai.

" Gila kamu, Jo. Apa kamu yakin pasang tiga ratus ribu, kamu baru sekali pasang nomor tapi langsung ratusan ribu, aku saja paling banyak pasang sepuluh ribu." gerutu Samsul.

" Tenang saja sul, pasti tembus karna tadi aku di kasih sama dedemit penunggu pohon besar di tepi sungai." balas Bejo santai.

" Yang benar kamu Jo? Kalau begitu aku juga ikut pasang nomormu nanti seratus ribu, boleh kan Jo?" ucap Samsul antusias.

Para bapak-bapak yang mendengar Bejo mendapatkan nomor dari penunggu pohon besar di sungai langsung antusias, mereka serempak langsung meminta nomor yang Bejo dapatkan, Bejo dengan santai memberikan nomor yang dia dapatkan.

" Jo, bapak pasang nomor kamu ya?" ucap pak RT.

" Silahkan pak RT " balas Bejo dengan senyum manisnya.

Akhirnya semua bapak bapak yang nongkrong di warung Bu Lilispun ikut pasang no togel milik Bejo, bapak-bapak itu sangat yakin jika nomor Bejo akan tembus, apalagi Bejo mendapatkan nomor dari penunggu pohon angker di tepi sungai.

" Sul, tadi kang asep sama kang darman nyariin pak kades ke sawah memang ada apa sih?" Tanya bejo penasaran.

" kurang tau Jo, denger denger sih si toni di grebeg warga sedang ngewing sama si surti janda desa sebelah." balas Samsul cuek.

" ohhh " ucap Bejo santai.

Akhirnya Bejo pun ikut bergabung dengan bapak-bapak saling ngegosip ngalor ngidul tidak jelas, sambil menunggu waktu pengundian togel keluar.

Bejo berani memasang togel dengan jumlah banyak karna dia sangat yakin dengan kesaktian cincin warisan leluhurnya. Bejo yakin kalau cincin itu akan membawa keberuntungan untuknya.

" wayae..wayaeee " teriak pak RT.

Seketika suasana yang tadinya penuh gelak tawa langsung hening karna semua orang pun fokus membuka hp mereka, hanya bejo yang biasa biasa saja, karna dia yakin pasti nomornya yang keluar.

" Bejo, nomer kamu keluar Jo." teriak Samsul antusias sambil menunjukan hpanya yang menunjukkan kalau no togel yang keluar adalah 7211.

Redaksi

Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak