WEKACE, Bertepatan dengan satu tahun pemerintahannya, Presiden Prabowo hadir dan berpidato dalam acara serah terima pengembalian segunung tumpukan uang yang bernilai triliunan rupiah hasil dari tindak pidana korupsi.
Tentu bukan tanpa alasan Presiden Prabowo hadir dan berpidato dalam acara itu. Dan bisa jadi acara itu memang sengaja dibuat untuk memperingati setahun pemerintahannya.
Pesannya sangat kuat bahwa Presiden tak main-main dalam pemberantasan korupsi khususnya dan penegakan hukum, umumnya. Kendati masih banyak PR, tapi penegakan hukum saat ini benar-benar lebih serius.
Presiden Prabowo tak memilih hadir dan berpidato di tengah prosesi MBG bersama anak-anak sekolah. Atau prosesi penyerahan dana buat Koperasi Merah Putih. Atau hadir di tengah-tengah Sekolah Rakyat yang juga sudah mulai diluncurkan. Tapi Presiden Prabowo memilih hadir dan berpidato dengan back drop tumpukan uang yang menggunung.
Secara tersirat Presiden seperti ingin mengatakan bahwa betapa kaya rayanya kita, tapi karena banyak maling dan penegakan hukum yang lemah, maka terjadilah segala kebobrokan dan kemunduran yang dirasakan selama ini. Rakyat miskin karena korupsi. Semua harus dimulai dan diakhiri dari sini.
Indeks persepsi korupsi belum naik, kasus korupsi masih menumpuk, tebang pilih penegakan hukum masih terasa, dan lain-lain sebagainya, tentu saja tak bisa hilang dalam semalam. Tapi keseriusan Presiden Prabowo dibandingkan Presiden-presiden sebelumnya, sangat terlihat sekali perbedaannya.
Tangkapan-tangkapan besar bukan sekali dua kali terjadi dalam setahun ini. Anggukan atau back up Presiden terhadap para penegak hukum, khususnya kejaksaan, diakui semua pihak. Asal penegak hukum mau dan serius, dukungan Presiden pasti datang. Kecuali penegak hukumnya yang masih tebang pilih.
Berkali-kali Presiden Prabowo mengatakan bahwa ia tak akan mundur setapak pun. Ia tidak takut kepada siapa pun. Tapi di tengah prosesi penyerahan uang kemarin itu, Presiden Prabowo tetap mengingatkan agar penegak hukum, baik Polisi maupun Jaksa, tak mencari-cari kesalahan orang.
Jangan mengadakan sesuatu yang tak ada. Istilahnya jangan melakukan kriminalisasi hukum terhadap siapa pun, apalagi terhadap rakyat kecil. Bagaimana bisa Polisi dan Jaksa mencari kesalahan orang di tengah kesalahan yang begitu banyak dan menumpuk.
Presiden sudah membuktikan bahwa memberikan amnesti dan abolisi terhadap kasus yang kental sekali nuansa politiknya, bukanlah bukti lemahnya komitmen pemberantasan korupsi.
Anehnya banyak juga orang yang senewen dengan pemberian amnesti dan abolisi Presiden Prabowo itu. Bahkan, menjadikan alasan bahwa pemberian amnesti dan abolisi itu bukti bahwa tak komitmennya Presiden terhadap pemberantasan korupsi.
Padahal banyak kasus korupsi lainnya kelompok senewen ini justru tak bersuara. Kasus OTT di Sumut, kuota Haji, termasuk dugaan korupsi kereta cepat Whoosh, misalnya.
Bergaya antikorupsi, tapi kalau kasus korupsi itu terkena pihaknya, maka pura-pura tak tahu saja lagi. Antikorupsi yang bersifat menghabisi lawan politik itu, tak dikehendaki Presiden Prabowo.
Presiden Prabowo tidak menghendaki penegakan hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Ia mengingatkan para penegak hukum agar memiliki hati nurani. Jangan zalim, angkara murka, dan jahat. Rakyat kecil harus dibela. Kalau perlu, hakim, jaksa, dan polisi, mengeluarkan uang untuk rakyat kecil. Jangan justru mencari uang terhadap rakyat kecil.
Rasanya belum ada Presiden yang seterang dan sejelas itu keberpihakannya. Kalau yang normatif dan mengambang saja sering sekali kita dengar. Dan terukti betapa bobroknya para penegak hukum kita. Apalagi 10 tahun terakhir. Tumpukan uang yang menggunung di belakang Presiden itu adalah bukti.
Satu tahun pemerintahan Prabowo boleh dibilang ada secercah harapan akan lebih baik dari keadaan sebelumnya. Tentu masih banyak sekali kekurangan, dan kritikan harus terus disuarakan.
Presiden Prabowo pun kadang terlihat bimbang apa yang harus diprioritaskan. Saking banyaknya yang harus diperbaiki, sehingga harus dikerjakan semua, padahal ada banyak juga keterbatasan yang harus dihitung.
Dulu melihat dari luar, kini dari dalam. Dulu dari bawah, kini dari atas. Orang bilang SBY peragu, ternyata itu hanya karena ia banyak tahu. Prabowo pun juga begitu. Hanya orang tak tahu apa-apa yang tak ragu. Tapi itu membuat kita berada pada jalan yang keliru.
Satu tahun pemerintahan Prabowo relatif bagus. Hampir tembus angka 80%. Angka 80% harus tetap dipertahankan dan tak akan sulit untuk meningkatkannya.
Sebab, pondasi dan tonggaknya sudah dipancangkan. Tinggal meneruskannya saja 4 tahun ke depan. Beruntung Presiden Prabowo tak memulai dari nol. Meski dikatakan mewarisi beban pemerintahan Jokowi, tapi Presiden Prabowo sudah tahu apa yang harus dikerjakan dan diperbaikinya.
Presiden Prabowo terlihat betul-betul sudah selesai dengan dirinya. Ia sepenuhnya memikirkan rakyat. Tapi kritik terhadap ini adalah Presiden Prabowo harus memberikan pancing, bukan sekadar hanya menyediakan ikannya saja ke depan.
Editor :
Tags
NASIONAL