WEKACE – Dalam episode terbaru serial "Kekayaan Alam Indonesia: Siapa yang Untung?", sebuah tambang emas ilegal di Mandalika berhasil memproduksi 3 kilogram emas per hari. Sayangnya, bukan negara yang menambang—melainkan sekelompok WNA China yang bekerja tanpa izin, tanpa pajak, dan (tentu saja) tanpa rasa bersalah.
Izin Resmi, Penambang Ilegal: Kolaborasi Sempurna
PT Indotan Lombok Barat Bangkit punya izin sejak 2019. Tapi sejak itu juga... mereka tidak menambang apa-apa. Sementara itu, sekelompok "pengusaha terampil" asal Tiongkok justru sudah sibuk menggali, mengangkut, dan menjual emas—di atas tanah yang bahkan bukan milik mereka.
Ketika ditanya, PT Indotan mengaku "tidak tahu." Pertanyaannya: apakah mereka tidak tahu, atau tidak mau tahu? Atau mungkin mereka sibuk mengurus izin untuk... tidak menambang?
HF: Koordinator Lapangan yang Kini Koordinator Pelarian
Tokoh sentral dalam drama ini adalah seorang pria berinisial HF, yang disebut-sebut sebagai koordinator lapangan. Tugasnya lengkap: mengatur alat berat, distribusi emas, hingga mengatur pekerja lokal—yang mungkin dibayar lebih murah daripada biaya parkir di Jakarta.
Sayangnya, begitu polisi datang, HF langsung kabur ke Kuala Lumpur. Tepuk tangan untuk imigrasi kita yang (sekali lagi) berhasil meloloskan pelaku kabur dengan mulus lewat jalur resmi.
3 Kg Emas Per Hari = Rp 45 Miliar Sebulan Menguapl
Dengan harga emas saat ini sekitar Rp 1,5 juta per gram, produksi 3 kg per hari setara Rp 4,5 miliar—atau Rp 135 miliar per bulan. Semuanya tanpa pajak, tanpa royalti, tanpa BPJS. Bayangkan berapa rumah sakit, sekolah, atau jalan tol yang bisa dibangun dengan uang itu.
Tapi tenang, negara sudah dapat "pengalaman berharga" dan "pelajaran untuk lebih waspada di masa depan."
Mandalika: Dari Destinasi Wisata Jadi Lokasi Kejahatan Internasional
Ironi tingkat dewa: Mandalika sedang dipromosikan sebagai destinasi wisata kelas dunia. Tapi di balik glamor sirkuit MotoGP dan resort mewah, ada penambangan liar yang mencemari air dengan merkuri dan merusak ekosistem laut.
Jadi kalau turis datang dan bertanya, "Apa keunikan Mandalika?" Jawabnya: "Kami punya pantai indah, sirkuit internasional, dan tambang emas ilegal yang dikelola sindikat asing!"
Polri: "Kami Akan Menindak Tegas!" (Setelah Pelaku Kabur)
Bareskrim Polri dengan gagah berani mengumumkan: aktivitas tambang ilegal sudah dihentikan! Bravo! Sayangnya, pelaku utama sudah di Malaysia, belasan WNA lainnya entah di mana, dan emas hasil jarahan entah sudah dijual ke mana.
Tapi jangan khawatir, polisi sedang "berkoordinasi dengan Interpol." Berkoordinasi—kata yang indah untuk menutupi kenyataan bahwa HF mungkin sudah menikmati teh tarik di Kuala Lumpur sambil tertawa membaca berita ini.
Masyarakat Berharap, Pemerintah Berjanji (Lagi)
Warga lokal kini berharap pemerintah lebih ketat mengawasi tambang. Sebuah harapan yang sangat wajar, mengingat ini bukan kasus pertama—dan kemungkinan besar bukan yang terakhir.
Sementara itu, di suatu tempat, izin tambang baru sedang diproses. Siapa yang akan menambang kali ini? Perusahaan resmi? Atau "tamu asing" berikutnya?
---
EPILOG:
Negara kehilangan miliaran rupiah. Lingkungan rusak. Pelaku kabur. Dan kita semua diberi hiburan gratis berupa konferensi pers yang menjanjikan "penegakan hukum tanpa pandang bulu."
Sampai jumpa di episode selanjutnya: "Siapa Lagi yang Menambang Tanpa Izin?"
---
[DISCLAIMER: Tulisan ini adalah karya satir. Segala kemiripan dengan kejadian nyata adalah... ya memang nyata.]
Sumber : FB. Gudang Berita
0Komentar