');
GpGiGpY5GUClBSW9BUd8TUW9BY==
Breaking
NEWS REPORT

Mengenal Dewi Agustiningsih, Dari S1 Loncat S3 Raih IPK Sempurna 4.00

Ukuran huruf
Print 0
WEKACE, Malam minggu, yok kita isi dengan hal-halnya menyenangkan dan inspiratif. Ini kisah alumni UGM. Disclaimer, bukan alumni yang itu ya. Alumni UGM yang ini sangat menginspirasi dan layak dijadikan teladan. Simak kisahnya sambil seruput kopi Senang khas Sorong dengan sedikit gula aren, wak!

Dalam sejarah panjang UGM, nama Dewi Agustiningsih akan selalu dikenang sebagai simbol keajaiban akademik yang lahir dari kerja keras, bukan sekadar keberuntungan. Ia mahasiswa pintar. Ia adalah definisi baru dari tekad, konsistensi, dan ketulusan yang dipadatkan dalam wujud manusia. Nuan bayangkan saja! Baru menamatkan S1, langsung loncat ke S3 tanpa berhenti di halte S2. Lalu, keluar sebagai doktor termuda UGM di usia 26 tahun 6 bulan, dengan IPK sempurna 4,00. Itu bukan angka, itu mukjizat yang berbentuk nilai.

Pada 23 April 2025, di antara 1.455 wisudawan pascasarjana, hanya 92 yang meraih gelar doktor. Dari sekian banyak toga hitam yang berkibar di Grha Sabha Pramana, satu nama mencuri sorotan, Dr. Dewi Agustiningsih, S.Si. Ia bukan hanya lulus, tapi melesat. Durasi studinya, 2 tahun 6 bulan 13 hari, menjadi rekor tercepat sepanjang sejarah pascasarjana UGM. Sebagai perbandingan, rata-rata masa studi doktor di universitas yang sama adalah 4 tahun 7 bulan. Artinya, Dewi seperti sedang berlari maraton intelektual dengan kecepatan pelari sprint.

Lahir dan besar di Indonesia, Dewi menempuh studi dari sarjana hingga doktor, melalui program elit Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Program ini memungkinkan mahasiswa berprestasi luar biasa untuk menembus jenjang doktoral tanpa perlu menyelesaikan S2 secara terpisah. Dewi adalah salah satu bukti hidup keberhasilan sistem itu. Bukan hanya cepat, tapi juga berkualitas. Dalam dunia yang sering kali sibuk dengan “banyak teori, sedikit aksi,” Dewi menunjukkan, teori bisa jadi sayap jika dipadukan dengan disiplin dan kerja keras.

Tak cukup hanya berprestasi di dalam negeri, Dewi pun melangkah ke panggung global. Ia mengikuti program Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional (PKPI) selama enam bulan di Hokkaido University, Jepang. Di sini ia memperdalam riset dan memperluas kolaborasi ilmiah internasional. Di sanalah ia belajar, menjadi ilmuwan bukan hanya soal menghafal reaksi kimia, tetapi memahami kehidupan sebagai rangkaian eksperimen tanpa henti. Pengalaman itu memperkaya jiwanya sebagai peneliti muda yang siap berkontribusi pada dunia ilmu pengetahuan.

Prestasi akademiknya sungguh fenomenal. IPK 4,00 (cumlaude) bukan sekadar angka di transkrip nilai, tetapi potret kesempurnaan yang dicapai lewat pengorbanan, malam panjang tanpa tidur, dan semangat yang tidak pernah padam. Dewi dikenal tekun, rendah hati, dan sangat menghormati para pembimbingnya. Ia sering mengatakan, keberhasilannya bukan semata hasil kecerdasan, melainkan kombinasi antara komitmen, doa orang tua, dan bimbingan para dosen yang sabar membentuknya. Ia adalah contoh langka di mana kerendahan hati berjalan beriringan dengan kejeniusan.

Menariknya, usia rata-rata lulusan doktor di UGM adalah 42 tahun 6 bulan 16 hari, dan Dewi menyelesaikan semuanya di usia 26 tahun 6 bulan. Perbedaan enam belas tahun itu bukan sekadar angka, tapi cermin dari percepatan luar biasa yang terjadi ketika seseorang tahu apa yang ia kejar dan tidak pernah menoleh ke belakang.

Kisah Dewi Agustiningsih adalah pelajaran bagi generasi muda. Batas bukan untuk ditakuti, tapi untuk dilampaui. Perempuan muda Indonesia mampu berdiri sejajar dengan ilmuwan dunia, membawa nama bangsanya dengan kepala tegak. Ia adalah inspirasi hidup tentang bagaimana tekad bisa menaklukkan waktu. Bagaimana fokus bisa menundukkan tantangan. Bagaimana cinta pada ilmu bisa mengubah seorang mahasiswa biasa menjadi legenda kampus. Dunia mungkin belum tahu banyak tentang topik disertasinya, tapi dunia sudah tahu satu hal pasti, dari UGM, lahir seorang Dewi yang mengubah rumus mustahil menjadi kenyataan.

"Hebat ya, Bang. Muda, cantik, cerdas, dan inilah generasi emas. Alumni UGM yang ini jempol dah."

"Benar, wak. Saya yakin alumni yang ini bisa mengangkat nama UGM lebih harum lagi."

Foto Ai hanya ilustrasi


Rosadi Jamani

Mengenal Dewi Agustiningsih, Dari S1 Loncat S3 Raih IPK Sempurna 4.00
Periksa Juga
Next Post

0Komentar

Tautan berhasil disalin