'); Pedagang Pakaian Bekas Makassar Panik: "Kalau Dilarang, Kami Mau Jual Apa? Angin?

Pedagang Pakaian Bekas Makassar Panik: "Kalau Dilarang, Kami Mau Jual Apa? Angin?

Setelah 20 Tahun Jualan Cakar, Hj Hartati Tiba-tiba Disuruh Cari Profesi Baru—Mungkin Jadi Menteri?

---

WEKACE, MAKASSAR - Dalam sebuah momen yang penuh kehangatan dan kepedulian mendalam terhadap rakyat kecil, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa berhasil membuat para pedagang pakaian bekas di Pasar Cakar Toddopuli mengalami pencerahan spiritual: ternyata selama 20 tahun mereka salah pilih profesi.

Hj Hartati (60), yang telah mendedikasikan dua dekade hidupnya untuk berjualan pakaian bekas, kini menghadapi dilema eksistensial yang mendalam. "Kami dirugikan, apalagi mau kami jual, dari dulu kami cuma jual cakar ini. Kalau tutup (dilarang), kami mau jual apa lagi?" tanyanya dengan polos, seolah-olah tidak menyadari bahwa di Indonesia, berganti profesi itu semudah menteri berganti kebijakan.


Para pedagang di Pasar Cakar yang ditemui Senin (27/10/2025) tampak bingung dan khawatir. Mereka belum paham bahwa pemerintah sedang berusaha melindungi industri fashion lokal yang sangat terancam oleh baju bekas seharga Rp20.000. Bagaimana mungkin industri tekstil nasional bisa bersaing dengan celana jeans bekas yang dijual seharga secangkir kopi?

Yang lebih mengharukan, para pedagang ini malah meminta solusi dari pemerintah. Sebuah ekspektasi yang sangat naif, mengingat pemerintah sudah sangat sibuk dengan hal-hal penting seperti... yah, hal-hal penting lainnya.

Sementara itu, Menkeu Purbaya tampaknya telah menemukan formula ekonomi baru: tutup satu usaha rakyat kecil, buka satu peluang bagi mereka untuk... *tetap miskin dengan cara yang berbeda.


Redaksi

Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama