'); Cerita Inspiratif Santi: Sambut Karyawan dari Medan dan Semangat Bangun Kantor Baru di Jakarta

Cerita Inspiratif Santi: Sambut Karyawan dari Medan dan Semangat Bangun Kantor Baru di Jakarta



WEKACE, Jakarta — Di tengah kesibukannya sebagai kreator konten dan pengusaha, Santi, YouTuber yang dikenal lewat kanal Santi di China, berbagi momen penuh kehangatan dan semangat kerja dalam video terbarunya berjudul “Yuk Belanja Furnitur Kantor Baru + Ada yang Datang dari Medan Tinggal di Rumahku, Siapa Yaa?”.

Video berdurasi hampir 25 menit itu bukan sekadar vlog harian biasa. Di dalamnya terselip kisah inspiratif tentang kepercayaan, kerja keras, dan kebersamaan antara Santi dan para karyawannya — termasuk momen menyentuh saat ia menjemput seorang karyawan lama yang datang dari Medan ke Jakarta untuk pertama kalinya.


Sambutan Hangat untuk “Anak Kantor” dari Medan

Dalam video tersebut, Santi tampak antusias bersiap menjemput Trista, karyawan yang sudah bekerja bersamanya selama tiga tahun. Trista dikenal sebagai penerjemah bahasa Mandarin yang membantu Santi sejak awal karier YouTube-nya.

“Dia anak yang paling lama kerja sama aku. Karena ini pertama kalinya dia datang ke Jakarta, aku sengaja jemput. Aku juga siapkan kamar untuk dia tinggal di rumah,” ujar Santi sambil tersenyum.

Trista yang baru lulus universitas akhirnya memutuskan bergabung penuh waktu di Jakarta. Santi pun menenangkan keluarga Trista yang sempat khawatir melepas putri mereka ke ibu kota.

“Tenang saja, di sini aman, apalagi di Alam Sutera. Rumahnya sederhana tapi nyaman,” kata Santi meyakinkan orang tua Trista lewat kamera.


Dari Online ke Dunia Nyata

Selama tiga tahun bekerja, hubungan antara Santi dan Trista terjalin hanya lewat daring. Pertemuan di bandara menjadi momen pertama mereka bertatap muka langsung. Santi bahkan mengajak karyawan lain, Elena, untuk ikut menjemput agar suasananya lebih hangat dan tidak canggung.

Setelah pertemuan di bandara, mereka langsung makan bersama di restoran Sunda — pengalaman pertama bagi Trista yang baru menginjakkan kaki di Jakarta. Santi memastikan karyawan barunya merasa diterima, tidak hanya sebagai pegawai, tetapi juga bagian dari keluarga kecilnya.

“Biar dia betah, karena kami saling percaya. Dia juga sudah seperti anak sendiri,” tutur Santi dengan nada keibuan.


Membangun Kantor dengan Cinta dan Kerja Keras

Tak hanya soal kebersamaan, video ini juga menampilkan kesibukan Santi menata kantor baru. Ia terlihat berkeliling toko furnitur, mengukur ruangan, hingga menawar harga meja dan kursi untuk ruang kerja timnya.

Santi menceritakan bahwa kantor barunya masih dalam tahap renovasi — dari atap hingga pengaturan internet di setiap ruangan. Meski sibuk dan sedang hamil, ia tetap turun langsung memastikan setiap detail tertata dengan baik.

“Kita enggak perlu yang mahal, yang penting fungsional dan nyaman. Kita orang permulaan, jadi harus bijak belanja,” ujarnya realistis namun penuh semangat.


Antara Perjuangan dan Kehangatan

Video tersebut menggambarkan bagaimana Santi membangun usahanya dengan penuh dedikasi dan kehangatan manusiawi. Ia bukan hanya pemimpin, tapi juga sosok yang peduli dan memahami perjuangan timnya.

Dengan cara sederhana, Santi menunjukkan bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari hasil kerja keras, tapi juga dari cara kita menghargai orang-orang yang berjuang bersama.


Inspirasi dari Rumah dan Kantor

Melalui kisahnya, Santi menginspirasi banyak orang — terutama perempuan muda — untuk berani membangun mimpi dari nol, menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, dan tetap rendah hati dalam setiap langkah.

“Yang penting saling percaya dan saling bantu. Dari situ semuanya bisa berjalan,” tutup Santi di akhir videonya.

Video ini menjadi lebih dari sekadar vlog — sebuah potret inspiratif tentang keluarga kerja, mimpi besar, dan hati yang tulus membangun masa depan bersama.

Editor : Zumardi



Redaksi

Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama