Kisah petani sederhana yang bekerja tanpa lelah dan menjaga masjid ini menjadi inspirasi banyak orang, hingga akhirnya mendapat anugerah tak terduga — berangkat ke Tanah Suci.
WEKACE, Di sebuah desa sederhana di Jawa Barat, kisah haru datang dari sosok petani sepuh bernama Bah Acip. Hidup dengan penuh kesederhanaan, pria yang setiap harinya bekerja menggarap lahan milik orang lain ini dikenal gigih, jujur, dan religius. Tanpa lelah, ia tetap berjuang di tengah hasil panen yang sering tak menentu.
Namun, di balik kesahajaannya itu, siapa sangka bahwa ketekunan dan keikhlasan Bah Acip ternyata mengantarkannya pada rezeki yang tak terduga — sebuah hadiah umrah gratis dari seorang dermawan bernama Ci Imah, warga Indonesia yang kini tinggal di Singapura.
Hidup Sederhana, Penuh Keikhlasan
Dalam video di kanal Petualangan Alam Desaku, terlihat keseharian Bah Acip yang penuh kesabaran. Meski tak memiliki lahan sendiri, ia tetap menanam buncis dan padi di tanah orang lain dengan sistem bagi hasil.
“Kadang pupuk dan benih saja harus pinjam dulu. Kalau harga panen jatuh, ya nombok,” ujar sang pembuat konten menggambarkan realita yang dialami Bah Acip.
Namun, yang membuatnya istimewa bukan hanya kerja kerasnya di ladang. Di tengah rutinitas berat itu, Bah Acip juga dikenal sebagai bilal dan penjaga kebersihan masjid di desanya. Ia tetap rajin beribadah dan menjaga tempat ibadah tanpa pamrih.
“Bah Acip ini menginspirasi saya. Kalau lagi malas ngedit video, saya ingat beliau yang tak pernah berhenti bekerja,” kata sang kreator konten, yang menjadi penghubung antara Ci Imah dan Bah Acip.
Momen Mengharukan: "Selimut" yang Ternyata Kain Ihram
Momen mengharukan terjadi ketika Bah Acip menerima bingkisan dari Ci Imah. Di awal, ia mengira hadiah yang dibungkus rapi itu hanyalah selimut.
“Selimut… buat tidur?” ucapnya polos.
Namun, air matanya menetes ketika diberi tahu bahwa kain itu bukan selimut biasa — melainkan kain ihram, tanda bahwa dirinya akan diberangkatkan umrah.
“Bah, ini kain ihram. Abah akan berangkat umrah,” kata sang pembawa pesan.
Bah Acip pun tertegun, matanya berkaca-kaca. “Alhamdulillah,” ucapnya lirih, penuh haru.
Panggilan ke Tanah Suci
Rencananya, Bah Acip akan berangkat umrah pada Januari mendatang, dengan seluruh biaya — mulai dari paspor, manasik, hingga uang saku — ditanggung oleh Ci Imah.
“Abah tinggal duduk manis saja, semua akan diurus,” ujar sang pembawa kabar gembira.
Ci Imah yang menyaksikan ketulusan dan keuletan Bah Acip dari jauh merasa tergerak untuk menghadiahkan perjalanan spiritual tersebut. “Mudah-mudahan ini menjadi pahala dan keberkahan,” tulisnya melalui pesan yang disampaikan lewat tim Petualangan Alam Desaku.
Ketulusan yang Menginspirasi
Kisah Bah Acip menjadi pengingat bahwa kebaikan dan ketekunan tak pernah sia-sia. Di tengah keterbatasan, ia tetap bekerja, tetap beribadah, dan tetap menjaga kebersihan dengan sepenuh hati.
Kini, balasan datang bukan berupa harta, melainkan kesempatan menunaikan ibadah umrah — sesuatu yang mungkin tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Abah rek ka Mekah, senang pisan,” ucap Bah Acip sambil tersenyum bahagia.
🌿 Pesan Inspiratif:
Kisah Bah Acip mengajarkan bahwa kerja keras, keikhlasan, dan iman selalu berbuah manis. Kadang, doa yang sederhana dari hati yang bersih bisa sampai ke langit, lalu dikabulkan dengan cara yang paling indah.
Editor : Zumardi
